Wednesday, October 27, 2021

Aksi Nyata Modul 3.1

 

Tugas Modul 3.3

Demonstrasi Kontekstual 

Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid



PROGRAM KELISE (KEGIATAN LITERASI SEKOLAH) YANG BERDAMPAK KEPADA MURID SMP NEGERI 3 GEROKGAK

Literasi seseorang tampak dalam kegiatan membaca, menulis, menghitung dan berbicara.Pentingnya pembinaan literasi guru kepada murid sebagai langkah meningkatkan budaya kegiatan literasi sekolah. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 Tentang Penumbuhan Budi Pekerti. GLS bertujuan membiasakan dan memotivasi siswa untuk mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekertiselain itu kegiatan loterasi sekolah menumbuhkan sikap berpikir kritis dalam menerimainformasi dan sikap saling menghargai pendapat dan hasil pemikiran setiap orang. Di era serba digital sekarang, para pendidik dan siswa diharapkan memiliki kemampuan literasi tinggi. Gerakan dengan tema “Kegiatan Literasi Sekolah (KELISE)” itu tentu harus didukung oleh kegiatan-kegiatan yang menyenangkan dan berpihak kepada peserta didik.Ada banyak kegiatan pembiasaan untuk memulai kegiatan literasi sekolah, yang terpenting adalah kemauan dari seluruh warga sekolah untuk mensukseskan program tersebut,diantaranya menyediakan berbagai jenis buku yang ditaruh di pojok baca, serta dengan perkembangan digital setiap warga sekolah bisa mengakses atau smeminjam buku melalui e-perpustakaan sehingga semua warga sekolah bisa mengkases dan meminjambuku dengan mudah.Dalam mensukseskan program Kegiatan Literasi Sekolah, tentu harus adanya keteladanan dari semua pihak, bukan hanya guru, tetapi juga kepala sekolah, sampai penjaga sekolah. Pelaksanaan Literasi di SMP Negeri3 Gerokgak, diantaranya, mading siswa,satu minggu satu buku,Pojok Baca,Sabtu Ceria.

Namun di masa pandemi Covid-19 ini pihak sekolah perlu mempertimbangkan kembali untuk menyelenggarakan acara yang berpotensi mengundang kerumunan mengingat jumlah murid di SMP kami berjumlah 515 murid ditambah dengan para guru yang berjumlah 36 orang tentunya akan memadati acara. Untuk itu Kepala sekolah, waka kesiswaan dan para dewan guru harus mempertimbangkan kegiatan tersebut agar satu sisi bisa memfasilitasi kegiatan yang berdampak kepada murid dan disisi lain tidak menyebabkan kerumunan.

Berdasarkan latar belakang situasi tersebut, untuk mengatasi dilema dan pengambilan keputusan terbaik akan diterapkan 9 langkah pengambilan keputusan.

Adapun langkah-langkah pengambilan keputusan diuraikan sebagai berikut :

1. Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3. Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini

4. Pengujian benar atau salah

5. Pengujian paradigma benar lawan benar

6. Melakukan prinsip resolusi

7. Investigasi opsi trilemma

8. Buat keputusan

9. Lihat lagi keputusan dan refleksikan


Alasan Melakukan Aksi Nyata

Situasi yang sedang dihadapi merupakan situasi dilema etika dimana pihak sekolah dihadapkan dengan kegiatan literasi sekolah yang berdampak kepada murid di masa pandemi Covid-19. Kegiatan tersebut harus dianalisis terlebih dahulu agar kegiatan bisa berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan permasalahan baru yang tentunya beresikoterjadinya pengumpulan orang banyak dan melanggar protokol kesehatan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian pengambilan keputusan dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan tersebut sehingga keputusan yang diambil adalah keputusan terbaik, berpihak kepada murid, serta dapat dipertanggung jawabkan. Maka pihak sekolah yang terdiri dari kepala sekolah, dewan guru, terlebih dahulu mengadakan rapat koordinasi guna membahas langkah-langkah pengambilan keputusan tentang kegiatan literasi sekolah yang berdampak kepada murid.  



Hasil Aksi Nyata

Proses Pengambilan Keputusan dengan menjawab 9 langkah pertanyaan penuntun berikut ini :

1. Apa nilai-nilai yang saling bertentangan dalam studi kasus tersebut ? Jangka pendek (Pandemi Covid 19) lawan jangka panjang  (Kemampuan literasi murid).

2. Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut ? Kepala sekolah, dewan guru (termasuk saya), murid

3. Apa fakta-fakta yang relevan dengan situasi tersebut ?

  Kegiatan Literasi Sekolah yang berdampak pada murid sudah menjadi program sekolah yang dilaksanakan sebelum masa pandemi,namun di awal masa pandemi kegiatan ini sempat madeg dilaksanakan karena pembelajaran  masih dilaksanakan secara daring, dan ketika sekolah diberikan kesempatan melaksanakan kegiatan tatap muka terbatas. Maka kegiatan ini akan kembali dilaksanakan tentunya dengan memperhatikan protokol kesehatan dan tidak menyebabkan kerumunan. Zona di daerah sekolah kami sudah menunjukkan penurunan COVID-19 yang semula levelIV sekrang sudah berada di Level II yang artinya Sekolah diberikan ijin untuk melakukan kegiatan tatap muka terbatas

4. Apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi tersebut (uji legal) ? Tidak ada

5. Apakah ada pelanggaran peraturan / kode etik profesi(uji regulasi) ? Tidak ada

6. Berdasarkan perasaan dan intuisi Anda apakah ada yang salah dalam situasi ini (uji intuisi)? Tidak ada

7. Apa yang Anda rasakan bila keputusan Anda dipublikasikan di halaman depan koran ? apakah Anda merasa nyaman ? Tidak nyaman

8. Kira-kira keputusan apa yang akan diambil oleh panutan / idola Anda dalam situasi ini ? Kemungkinan besar kepala sekolah yang menjadi panutan saya akan mendukung kegiatan literasi yang berdampak kepada murid.

9. Jika situasinya adalah situasi dilemma etika paradigma mana yang terjadi dalam situasi tersebut ? Jangka pendek lawan Jangka panjang

10. Dari 3 prinsip penyelesaian dilema prinsip mana yang akan dipakai ? Berpikir Berbasis Peraturan

11. Apakah ada sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya untuk menyelesaikan masalah ini  (investigasi opsi trilema) ? ada, yaitu : Saya selaku staf kesiswaan koordinasi dengan pihak perpustakaan sekolah meluncurkan aplikasi E-Perpus kepada semua warga sekolah selain itu kegiatan sabtu ceria di ikuti pertingkat secara bergilir dan sesuai shift untuk menghindari kerumunan dan para guru juga ikut terlibat dalam kegiatan literasi sekolah.

12. Apa keputusan yang akan diambil ? Keputusan yang diambil yaitu kegiatan literasi sekolah akan dilaksanakan secara terbatas dengan mendownload apliaksi E-perpus oleh semua warga sekolah dan kegaitan sabtu ceria di laksanakan secara bergilir sesuai shift dengan di isi dengan kegaiatn yang lebih menyenangkan tidak saja melibatkan siswa namun guru juga ikut didalamnya.

13. Coba lihat lagi keputusan Anda dan refleksikan ! Saya rasa keputusan yang diambil oleh pihak sekolah merupakan keputusan yang tepat mengingat situasi daerah kami sudah berada di level 2 dengantetap mematuhi protokol kesehatan. Dengan begitu sekolah tetap bisa melakukan kegiatan literasi yang berdampak kepada murid dan menyenangkan.  

Tindak Lanjut Pengambilan Keputusan

1. Guru mensosialisasikan kegiatan literasi sekolah kepada semua warga sekolah dan berkoordinasi dengan petugas perpustakaan sekolah dalam meluncurkan aplikasi E-Perpus.

2. Setiap minggu para siswa diminta untuk meminjam buku melalui aplikasi E-Perpus minimal 1 buku dan setiap hari sabtu ceria siswa dan para guru mengisi kegiatan literasi dengan hal yang menyenangkan seperti getok tular, unjuk bakat yang berkaitan dengan literasi seperti musikalisasi puisi, drama,melengkapi mading dengan hasil karya siswa yang lebih kreatif.

 

B. PERASAAN (FEELING)

Saya merasa senang telah bisa melaksanakan kegiatan literasi sekolah yang berdampak kepada murid  dengan langkah-langkah pengambilan keputusan bersama warga sekolah untuk mengatasi permasalahan dilema etika yang terjadi di sekolah saya walaupun belum begitu optimal. 

C. PEMBELAJARAN (FINDING)

Pembelajaran yang didapat dari pelaksanaan keseluruhan aksi nyata dengan menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan dapat membantu pihak sekolah atau guru dalam menghadapi situasi dilemma etika. Keputusan yang diambil telah melewati tahapan-tahapan pengujian sehingga keputusan yang diambil merupakan keputusan yang terbaik, berpihak kepada murid, serta dapat dipertanggung jawabkan.

D. PENERAPAN KE DEPAN (FUTURE)

Proses pengambilan keputusan yang telah saya lakukan di sekolah mungkin belumlah sempurna. Kedepannya bila menemui kasus dilema etika lagi, saya beserta pihak sekolah akan terus menerapkan 9 langkah pengambilan keputusan dengan lebih baik lagi sehingga kami mampu untuk menganalisa setiap kasus dilema etika yang terjadi di sekolah untuk menghasilkan keputusan yang lebih bijak serta berpihak kepada murid.

Lampiran Foto dan video Dokumentasi Kegkatan Literasi Sekolah yang berdampak kepada murid.






 

 

 

 



Tuesday, September 28, 2021

Koneksi Antar Materi Modul 3.2

Koneksi Antar Materi Modul 3.2
Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

Guru Sebagai Pemimpin Pembelajaran

          Guru Sebagai Pemimpin Pembelajaran

            Sekolah sebagai sebuah ekosistem adalah sebuah bentuk interaksi antara faktor biotik (unsur yang hidup) dan abiotik (unsur yang tidak hidup). Kedua unsur ini saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. 
Dalam ekosistem sekolah, faktor-faktor biotik akan saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya seperti:

  1. Murid
  2. Kepala Sekolah
  3. Guru
  4. Staf/Tenaga Kependidikan
  5. Pengawas Sekolah
  6. Orang Tua
  7. Masyarakat sekitar sekolah
Selain faktor-faktor biotik yang sudah disebutkan, faktor-faktor abiotik yang juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Faktor abiotik yang ada dalam ekosistem sekolah antara lain sebagai berikut.
  1. Keuangan
  2. Sarana dan Prasarana
Untuk bisa meningkatkan kualitas pembelajaran maka seorang guru diharapkan bisa menjadi  pemimpin dalam pembelajaran, selain itu guru juga diharapkan mampu memetakan sumber daya yang dimiliki oleh sebuah sekolah yang nantinya bisa mendukung guru tersebut dalam memperbaiki kualitas pembelajaran. Oleh karena itu sebagai guru hendaknya bisa mengidentifikasi dan memanfaatkan segala sumber daya/kekuatan/potensi yang ada untuk meningkatkan kulitas atau membuat suatu perubahan ke arah yang lebih baik dan berdampak positif bagi murid dan sekolah. Berangkat dari lingkup yang paling kecil yaitu kelas, guru bisa mengidentifikasi modal/aset yang ada untuk dikembangkan. Modal/aset utama sebagai acuan dalam pengembangan sebuah kelas/sekolah adalah modal manusia, modal sosial, modal fisik, modal lingkungan/alam, modal finansial, modal politik, dan modal agama dan budaya. Untuk bisa mengelola sumber daya tersebut Diperlukan pengelolaan sumber daya yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Secara umum ada dua pendekatan dalam pengembangan sebuah komunitas, yaitu pendekatan berbasis masalah/kekurangan (deficit-based thinking) dan pendekatan berbasis aset/kekuatan (asset-based thinking) yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn CramerBerikut perbedaan kedua pendekatan tersebut:


Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya sebaiknya sekolah sebagai sebuah komunitas  lebih menekankan pada pendekatan berbasis aset. Selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA). Menurut Green dan Haines (2002) dalam Asset building and community development, ada 7 aset utama atau di dalam buku ini disebut sebagai modal utama, yaitu:

1.    Modal Manusia

  • Sumber daya manusia yang berkualitas, investasi pada sumber daya manusia menjadi sangat penting yang berhubungan dengan kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan harga diri seseorang.
  • Pemetaan modal atau aset individu merupakan kegiatan menginventaris pengetahuan, kecerdasan, dan keterampilan yang dimiliki setiap warganya dalam sebuah komunitas, atau dengan kata lain, inventarisasi perorangan dapat dikelompokkan berdasarkan sesuatu yang berhubungan dengan hati, tangan, dan kepala.
  • Pendekatan lain mengelompokkan aset atau modal ini dengan melihat kecakapan seseorang yang berhubungan dengan kemasyarakatan, contohnya kecakapan memimpin sekelompok orang, dan kecakapan seseorang berkomunikasi dengan berbagai kelompok.  Kecakapan yang berhubungan dengan kewirausahaan, contohnya kecakapan dalam mengelola usaha, pemasaran, yang negosiasi.  Kecakapan yang berhubungan dengan seni dan budaya, contohnya kerajinan tangan, menari, bermain teater, dan bermain musik.

 2.    Modal Sosial

  • Norma dan aturan yang mengikat warga masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) dan jaringan ( networking) antara unsur yang ada di dalam komunitas/masyarakat.
  • Investasi yang berdampak pada bagaimana manusia, kelompok, dan organisasi dalam komunitas berdampingan, contohnya kepemimpinan, bekerjasama, saling percaya, dan punya rasa memiliki masa depan yang sama.
  • Contoh-contoh yang termasuk dalam modal sosial antara lain adalah asosiasi. Asosiasi adalah suatu kelompok yang ada di dalam komunitas masyarakat yang terdiri atas  dua orang atau lebih yang bekerja bersama dengan suatu tujuan yang sama dan saling berbagi untuk suatu tujuan yang sama. Asosiasi terdiri atas kegiatan yang bersifat formal maupun nonformal. Beberapa contoh tipe asosiasi adalah berdasarkan keyakinan, kesamaan profesi, kesamaan hobi, dan sebagainya. Terdapat beberapa macam bentuk modal sosial, yaitu fisik (lembaga), misalnya asosiasi dan institusi. Institusi adalah suatu lembaga yang mempunyai struktur organisasi yang jelas dan biasanya sebagai salah satu faktor utama dalam proses pengembangan komunitas masyarakat.

 3.    Modal Fisik

Terdiri atas dua kelompok utama, yaitu:

  • Bangunan yang bisa digunakan untuk kelas atau lokasi melakukan proses pembelajaran, laboratorium, pertemuan, ataupun pelatihan.
  • Infrastruktur atau sarana prasarana, mulai dari saluran pembuangan, sistem air, mesin, jalan, jalur komunikasi, sarana pendukung pembelajaran, alat transportasi, dan lain-lain.

 4.   Modal Lingkungan/alam

  • Bisa berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup.  Modal lingkungan terdiri dari bumi, udara yang bersih, laut, taman, danau, sungai, tumbuhan, hewan, dan sebagainya.
  • Tanah untuk berkebun, danau atau empang untuk berternak, semua hasil dari pohon seperti kayu, buah, bambu, atau material bangunan yang bisa digunakan kembali untuk menenun, dan sebagainya.

 5.    Modal Finansial

  • Dukungan keuangan yang dimiliki oleh sebuah komunitas yang dapat digunakan untuk membiayai proses pembangunan dan kegiatan sebuah komunitas.
  • Modal finansial termasuk tabungan, hutan, investasi, pengurangan dan pendapatan pajak, hibah, gaji, serta sumber pendapatan internal dan eksternal.
  • Modal finansial juga termasuk pengetahuan tentang bagaimana menanam dan menjual sayur di pasar, bagaimana menghasilkan uang dan membuat produk-produk yang bisa dijual, bagaimana menjalankan usaha kecil, bagaimana memperbaiki cara penjualan menjadi lebih baik, dan juga bagaimana melakukan pembukuan.

 6.    Modal Politik

  • Modal politik adalah ukuran keterlibatan sosial. Semua lapisan atau kelompok memiliki peluang atau kesempatan yang sama dalam kepemimpinan, serta memiliki suara dalam masalah umum yang terjadi dalam komunitas.
  • Lembaga pemerintah atau perwakilannya yang memiliki hubungan dengan komunitas, seperti komunitas sekolah, komite pelayan kesehatan, pelayanan listrik atau air.

 7.    Modal Agama dan budaya

  • Upaya pemberian bantuan empati dan perhatian, kasih sayang, dan unsur dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan). Termasuk juga kepercayaan, nilai, sejarah, makanan, warisan budaya, seni, dan lain-lain.
  • Kebudayaan yang unik di setiap daerah masing-masing merupakan serangkaian ide, gagasan, norma, perlakuan, serta benda yang merupakan hasil karya manusia yang hidup berkembang dalam sebuah ruang geografis.
  • Agama merupakan suatu sistem berperilaku yang mendasar, dan berfungsi untuk mengintegrasikan perilaku individu di dalam sebuah komunitas, baik perilaku lahiriah maupun simbolik.  Agama menuntut terbentuknya moral sosial yang bukan hanya kepercayaan, tetapi juga perilaku atau amalan.
  • Identifikasi dan pemetaan modal budaya agama merupakan langkah yang sangat penting untuk melihat keberadaan kegiatan dan ritual kebudayaan dan keagamaan dalam suatu komunitas, termasuk kelembagaan dan tokoh-tokoh penting yang berperan langsung atau tidak langsung di dalamnya.
  • Sangat penting kita mengetahui sejauh mana keberadaan ritual keagamaan dan kebudayaan yang ada di masyarakat serta pola relasi yang tercipta di antaranya dan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjang pengembangan perencanaan dan kegiatan bersama.
Untuk dapat mengimplementasikan modul pemimpin dalam pengelolaan sumber daya di kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah, maka seorang pemimpin harus mampu bersinergi dengan semua pihak yang ada di sekolah baik dewan guru, staff, siswa, orang tua siswa, dan juga masyarakat sekitar sekolah untuk dapat secara bersama-sama menginventarisir/memetakan segala sumber daya (aset) yang dimiliki sekolah dan menjadikan segala aset tersebut sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah untuk dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan mutu sekolah. 
  • Kaitan dengan Modul Nilai dan Peran Guru Penggerak

Seorang pemimpin harus mampu memastikan modal manusia yang dimiliki sekolah utamanya guru agar dapat menerapkan nilai-nilai guru penggerak dalam kesehariannya seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, dan berpihak pada murid. Dengan diterapkan nilai-nilai ini maka sekolah akan dapat mewujudkan murid yang memiliki profil pelajar Pancasila yaitu beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, mandiri, bernalar kritis, kebhinekaan global, bergotong royong, serta kreatif.



  • Kaitan dengan Modul Visi Guru Penggerak
Materi pada modul ini (Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya) juga berkaitan dengan materi visi guru penggerak. Seorang pemimpin harus mampu menyusun visi dan misi yang jelas, terarah dan tentunya visi yang disusun tersebut harus berpihak pada sumber daya yang dimiliki sekolah utamanya guru dan juga murid. Melalui penerapan Inkuiri Apresiatif dengan menggunakan tahapan BAGJA, seorang pemimpin akan dapat melakukan perubahan sekolah berbasis sumber daya yang akan menggerakkan warga sekolah untuk melakukan perubahan positif. Perubahan positif yang dilakukan secara konsisten akan melahirkan budaya positif dengan demikian modul ini pun berkaitan dengan modul 1.4 tentang budaya positif. 

  • Kaitan dengan Modul Pembelajaran Berdiferensiasi, Sosial Emosional, dan Coaching 
Dalam melaksanakan pembelajaran seorang pemimpin harus mampu melasanakan pembelajaran yang sesuai dengan minat, bakat, dan profil siswa atau yang dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi ini maka seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memetakan aset/sumber daya yang dimiliki utamanya aset manusia yaitu siswa. Sehingga pembelajaran yang dilaksanakannya akan bermakna bagi siswa.

Potensi-potensi dan kekuatan yang dimiliki oleh siswa dapat kita kembangkan lebih jauh lagi dengan memperhatikan sisi sosial emosional siswa. Sebagai seorang pemimpin kita harus memahami sisi sosial emosional siswa, sehingga ketika ada siswa kita yang mengalami permasalahan maka kita akan dapat memberikan layanan berupa coaching. Coaching bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menggali potensi-potensi yang dimiliki siswa untuk dapat dikembangkan. Dengan demikian maka siswa akan dapat berkembang dengan maksimal. 

  • Kaitan dengan Modul Pengambilan Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran
Pada modul ini seorang pemimpin sudah mempelajari bagaimana caranya mengambil sebuah keputusan dengan sebaik-baiknya ketika berada dalam situasi dilema etika. Ada 9 langkah yang harus dilewati ketika mengambil dan menguji keputusan. Dalam pengelolaan sumber daya/aset juga dibutuhkan kemampuan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan saat melaksanakan pengelolaan sumber daya yang dimiliki.








 

 

 






Saturday, July 17, 2021

Koneksi Antar Materi Modul 2.1 Pembelajaran Berdiferensiasi

Koneksi antar materi modul ini penulis buat dalam bentuk infografis.

Berikut info grafisnya



Aksi Nyata 1.4 Budaya Positif Sekolah

 Salam dan Bahagia Calon Guru Penggerak di Seluruh Indonesia.

Kali ini saya akan membagikan aksi nyata Program Guru Penggerak angkatan 2 pada modul 1.4, yaitu Budaya Positif di Sekolah.


A. Latar Belakang

       Sekolah sebagai institusi kedua setelah keluarga dalam pembentukan karakter murid oleh karena itu, budaya positif perlu diciptakan agar dapat mendukung pembentukan karakter murid yang diharapkan. Untuk bisa membentuk budaya positif yang berpihak kepada murid maka perlu adanya sinergi antara sekolah, orangtua siswa dan masayarakat yang dikenal dengan Tri Pusat Pendidikan. Salah Satu budaya positif yang bisa dikembangkan kepada murid adalah rasa peduli dengan lingkungan sekolah itu sendiri. Setiap guru dan siswa pasti memimpikan lingkungan kelas yang bersih, asri, rindang, dan nyaman yang bisa membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.
        Di masa lburan sekarang kebanyakan para pelajar dan bahkan guru kurang peduli dengan kebersihan lingkungan di sekolah. Jika kita amati penyebabnya adalah rendahnya kepedulian dan rasa memiliki oleh warga sekolah terhadap kebersihan sekolah apalagi di masa liburan panjang ini. Kita terjebak pada pemahaman bahwa kebersihan sekolah adalah tanggung jawab waker sekolah atau tukang kebun sekolah. Oleh karena itu perlu pemahaman siswa mengenai kebersihan sekolah. Selain itu kita berupaya membentuk budaya positif dari murid bagaimana peduli dengan kebersihan lingkungan ketika berada disekolah, keluarga dan masyarakat. Jika hal itu sudah terbiasa dilakukan oleh murid maka akan timbul inisiatif dari dalam diri murid untuk menciptakan sekolah yang bersih, asri, rindang, dan nyaman yang bisa membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.


B. TUJUAN AKSI NYATA

  1. Menumbuhkan rasa memiliki dan peduli murid pada lingkungan baik dirumah maupun disekolah.
  2. Menjadikan siswa penggerak dalam melestarikan lingkungan baik disekolah maupun diluar sekolah.
  3. Menciptakan lingkungan yang bersih, asri, rindang, dan nyaman yang bisa membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.




C. DESKRIPSI AKSI NYATA

Pembiasaan budaya peduli kebersihan lingkungan sekolah diawali dengan mengadakan kesepakatan kelas. Kelas yang penulis pakai sebagai subyek adalah kelas IX A karena penulis merupakan wali di kelas tersebut. Adapun runtutan kegiatan aksi nyata Budaya Peduli Kebersihan Lingkungan Sekolah  ketika masa liburan sekolah dan dimasa  pandemi Covid-19 di semester genap tahun pelajaran 2021/2022 sebagai berikut.

  1. Mengundang siswa lewat WA untuk bertemu di GMeet esok harinya untuk melakukan pertemuan membuat kesepakatan kelas.
  2. Mengadakan diskusi bersama peserta didik kelas IX A melalui aplikasi Google Meet untuk membentuk kesepakatan kelas terkait budaya positif yang akan diterapkan di kelas IX A.
  3. Pendapat-pendapat peserta didik diketikkan di dokumen melalui aplikasi Google Slide.
  4. Setelah terdapat kesepakatan kelas dimana salah satunya adalah penerapan budaya peduli dengan kebersihan di lingkungan , guru dan peserta didik menandatangani kesepakatan tersebut.
  5. Guru melakukan pertemuan dengan siswa kelas IX A untuk merencanakan apa tindakan nyata yang bisa mereka lakukan dalam peduli dengan kebersihan lingkungan.
  6. Setelah mengetahui rencana tersebut kita sepakat untuk melakukan tindakan nyata tersebut bersama-sama sebagai tim penggerak peduli lingkungan baik disekolah maupun dirumah.
  7. Guru memantau aktivitas peserta didik ketika melakukan kebersihan secara langsung disekolah
  8. Hasil pemantauan disampaikan kepada Kasatdik dan guru lain sebagai bahan refleksi.
D. Tolak ukur keberhasilan dari pelaksanaan kegiatan ini sebagai berikut
  • Peserta didik terbiasa menjaga kebersihan lingkungan sekolah dan diluar sekolah.
  • Peserta didik terbiasa merawat tanaman yang ada disekolah maupun dirumah.
  • Peserta terbiasa memungut sampah ketika ada sampah dihadapan mereka.
E. Hasil Aksi Nyata
  1. Pembiasaan mengadakan kesepakatan kelas dalam membentuk budaya positif awalnya memang belum biasa dilakukan oleh peserta didik karena mereka belum terbiasa memberikan pendapatnya. Setelah dituntun dengan pertanyaan-pertanyaan membentuk kebiasaan baik di sekolah. beberapa peserta didik mulai memberikan pendapatnya. Aplikasi virtual yang digunakan adalah google meet. Komentar peserta didik dituliskan di kolom google slide. Dari beberapa pendapat disepakatilah Budaya Positif yang akan dilakukan, salah satunya adalah peduli lingkungan sekolah.
  2. Poster kesepakatan kelas digital yang dibuat ditandatangani dan dishare di grup WA kelas IX A.
  3. Perilaku peserta didik yang selalu peduli dengan lingkungan baik ketika berada disekolah maupun berada dirumah
  4. Pada awalnya ketika murid melihat sampah dihadapan mereka, terkadang mereka tidak biarkan begitu saja namun saat perlahan mereka sudah memiliki perubahan yang positif ketika kelas atau dihadapan mereka ada samapah atau tanaman yang memerlukan air mereka langsung bertindak tanpa disuruh lagi.
  5. Kegiatan pembentukan budaya positif di sekolah mendapatkan apresiasi yang baik dari kasatdik dan guru lain. Guru-guru mulai juga memulai untuk mengadakan kesepakatan kelas pada murid walinya untuk membentuk budaya positif.
E. REFLEKSI 

Kebaikan yang diperoleh dari aksi nyata ini adalah pembiasaan membangun kesepakatan kelas bersama peserta didik dengan mendengarkan keinginan peserta didik, dalam mengembangkan budaya peduli kebersihan lingkungan sekolah dan perubahan sikap ke arah yang positif pada peserta didik, terutama dalam hal peduli dengan lingkungan ketika mereka berada diluar sekolah.

Kelemahan pada pelaksanaannya adalah tidak dapat membiasakan secara rutin disekolah karena terkendalan dengan PPKM di masa pandemi.

F. PERBAIKAN YANG DILAKUKAN 

Jika nanti pembelajaran disekolah bisa berjalan secara normal kembali, poster kesepakatan kelas akan dipasang di depan kelas supaya dapat dilihat untuk dilaksanakan oleh peserta didik. Hal ini juga mudah-mudahan bisa dilakukan oleh wali kelas yang lain guna membentuk budaya positif sekolah.

 G. DOKUMENTASI KEGIATAN
    
 Kesepakatan Kelas IX A
   TandaTangan siswa dalam Kesepakatan Kelas
     
    Kegiatan Vicon Membuat Kesepakatan

     
Kegiatan Menata Kebun antara Wali dan Murid dengan menanam Tanaman yang bermanfaat seperti Aptoik Hidup
 













Kegiatan siswa peduli dengan lingkungan ketika berada dirumah





 


Aksi Nyata Modul 3.1

  Tugas Modul 3.3 Demonstrasi Kontekstual  Pengelolaan Program yang Berdampak pada Murid PROGRAM KELISE (KEGIATAN LITERASI SEKOLAH) YANG BER...